BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peternakan
adalah kegiatan mengembangbiakkan
dan membudidayakan
hewan ternak
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak
terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya
terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari
keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.
Kegiatan di bidang peternakan dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan
kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam,
kelinci
dll.
Usaha peternakan mempunyai prospek
untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha
peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber
pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaan di Indonesia. Namun demikian,
sebagaimana usaha lainnya.
B.
Permasalahan
usaha peternakan juga menghasilkan
limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan
kebijakan otonomi, maka pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan
limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga
kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan
memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah bagi usaha
tersebut.
Kebijakan otonomi daerah perlu
diantisipasi oleh aparat pemerintah daerah, khususnya di kabupaten/kota yang
menjadi ujung tombak pembangunan, sehingga kabupaten/kota dapat berbenah diri
dalam menggali segala potensi baik potensi sumber daya alam maupun potensi
sumber daya manusia. Dengan demikian potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada di daerah tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk
kepentingan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Kebanyakan masyarakat yang berada
di pedesaan semuanya menyatu dengan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan
pertanian secara luas kerena memang itulah keahlian mereka yang dapat digunakan
untuk mempertahankan kehidupannya. Tidak heran seorang petani selain mengolah
sawahnya, mereka juga memelihara ternak misalnya ternak bebek, ayam kampung
atau yang sering dikenal ayam buras, ada juga yang memelihara domba, kambing,
sapi ataupun kerbau.
Dilain pihak krisis ekonomi yang
telah melanda bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan
pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, dimana betapa rapuhnya pondasi
perekonomian yang tidak dilandasi oleh potensi sumber daya lokal.
Sejauh ini kebijakan pemerintah
yang lebih berorentasi pada sistem pertanian konvensional di mana banyak
mengandalkan input produksi seperti pupuk organik ataupun pestisida dalam
jumlah tinggi untuk memacu target produksi. Dalam kenyataan hal tersebut justru
telah memberikan dampak negatif terhadap ekosistem lahan pertanian yang ada
sehingga lambat laun akan menurunkan produktivitas pertanian dan akibatnya akan
berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pada kenyataannya
sektor pertanian ternyata telah mampu menunjukan ketangguhannya dalam
mengahadapi badai krisis.
Negara kita adalah negara agraris,
di mana sebagian besar penduduknya mengandalkan sektor pertanian, namun
rata-rata kepemilikan penduduk atas lahan pertanian kurang dari 0,3 hektar,
terutama di pulau Jawa. Dari kondisi kepemilikan lahan yang sempit ditambah
dengan sistem pertanian yang masih mengandalkan input produksi tinggi
menyebabkan petani berada dalam lingkaran kemiskinan yang tiada putus-putusnya.
Petani dengan pendapatan rendah tidak akan mampu menabung, meningkatkan
pendidikan dan keterampilan apalagi meningkatkan investasinya guna meningkatkan
produksi.
Dalam keterbatasan yang dilematis
tersebut diperlukan jalan keluar yang bijaksana dengan membangun paradigma
baru, yaitu sistem pertanian yang berwawasan ekologis, ekonomis dan
berkesinambungan, ini sering juga disebut sustainable mix farming atau
mix farming.
Sistem mix-Farming, ini
diarahkan pada upaya memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan
pemanfaatan hasil samping pertanian dan peternakan atau hasil ikutannya, dimana
setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomi
tinggi, sehingga dengan sistem ini diharapkan pemberdayaan dan pemanfaatan
lahan marginal di seluruh daerah (kabupaten/kota) dapat lebih dioptimalkan. Hal
tersebut dimaksudkan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam hal kecukupan
pangan dengan cara mengembangkan sistem pertanian yang terintegrasi misalnya
tanaman pangan pakan dan ternak, juga dapat memanfaatkan hasil samping atau
hasil ikutan peternakan seperti kompos (manure), dimana dapat
digunakan sebagai bahan baku pupuk organik dan limbah pertaniannya dapat
dipakai sebagai pakan ternak.
Sehubungan hal tersebut di atas
konsep pertanian masa depan harus dirumuskan secara komprehenship, dimana dapat
mengantisipasi berbagai tantangan, seperti pasar global dan otonomi daerah,
salah satu model yang dapat mengantisipasi tantangan pasar global adalah
pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable mixed
–farming) dengan berbagai industri peternakan. Bagi masyarakat pedesaan
ternak-ternak seperti kerbau, sapi potong, sapi perah, kambing, domba, itik,
bebek ataupun ayam buras memilki peranan strategis karena ternak-ternak
tersebut dapat digunakan sebagai tabungan hidup, sumber tenaga kerja bagi
ternak kerbau dan sapi potong. Ternak juga dapat dipakai sebagai penghasil
pupuk organik dimana sangat baik untuk meningkatkan produksi pertanian, selain
itu ternak juga dapat dijadikan dalam meningkatkan status sosial.
Dalam presfektif ekonomi makro,
peternakan merupakan sumber pangan yang berkualitas, misalnya daging ataupun
susu merupakan bahan baku industri pengolahan pangan, di mana dapat
menghasilkan abon, dendeng, bakso, sosis, keju, mentega ataupun krim dan juga
dapat menghasilkan kerajinan-kerajinan kulit tanduk ataupun tulang. Jadi dari
semua kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pertanian dan peternakan
dapat menciptakan lapangan kerja. Pembangunan pertanian dalam konteks otonomi
daerah yang disesuaikan dengan permintaan pasar global sehingga pengembangan
sistem pertanian terpadu sangatlah menjanjikan, meskipun tetap harus
memperhatikan aspek agro ekosistem wilayah dan sosio kultur masyarakatnya
(Sofyadi, 2005).
Selama ini banyak keluhan
masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan karena sebagian
besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya, bahkan ada yang
membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran lingkungan.
Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces,
urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan
pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik berupa bau tidak enak
yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar
limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka
upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini dianggap mengganggu karena
menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan cara yang tepat
sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari penanganan
tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan bukan saja karena tuntutan akan
lingkungan yang nyaman tetapi juga karena pengembangan peternakan mutlak
memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah
bagi masyarakat di sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Alat
a.
Kandang
Sebelum memulai usaha ternak broiler, kita harus mempunyai kandang yang memenuhi syarat-syarat teknis dan kesehatan ternak, antara lain : tidak bocor waktu hujan, ventilasi cukup dan sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke dalam kandang. Jarak antar kandang tidak terlalu rapat, dengan jarak minimal antar kandang selebar satu kandang. Saluran-saluran air atau pembuangan di sekitar kandang harus lancar. Lantai kandang harus miring ke satu atau dua arah untuk mempercepat proses pembersihan dan mencegah menggenangnya air di dalam kandang. Bahan-bahan dan konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama sehingga tidak cepat rusak ataupun membahayakan pekerja.
Sebelum memulai usaha ternak broiler, kita harus mempunyai kandang yang memenuhi syarat-syarat teknis dan kesehatan ternak, antara lain : tidak bocor waktu hujan, ventilasi cukup dan sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke dalam kandang. Jarak antar kandang tidak terlalu rapat, dengan jarak minimal antar kandang selebar satu kandang. Saluran-saluran air atau pembuangan di sekitar kandang harus lancar. Lantai kandang harus miring ke satu atau dua arah untuk mempercepat proses pembersihan dan mencegah menggenangnya air di dalam kandang. Bahan-bahan dan konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama sehingga tidak cepat rusak ataupun membahayakan pekerja.
b.
Peralatan kandang
Peralatan
kandang yang vital seperti tempat pakan (feeder), tempat minuman (drinker),
pemanas, seng pelindung anak ayam (chick guard), layar/tirai penutup kandang
dan alat semprot desinfektan (sprayer) harus tersedia dalam jumlah yang cukup.
Sebab jika peralatan tersebut kurang dari kebutuhan berdasarkan jumlah ayam
yang dipelihara, dapat menimbulkan problem- problem : berat badan standar akan
sulit tercapai. Jumlah ayam yang kerdil akan tinggi. Problem penyakit yang
timbul akan lebih sering dan sulit untuk diatasi. Angka kematian tinggi serta
kualitas rata-rata ayam secara keseluruhan akan jelek.
c.
Anak ayam DOC
Anak
ayam umur sehari (DOC) yang baik mempunyai ciri-ciri : bulu kering dan bersih,
berat tidak dibawah standar (minimal ± 39 gr/ekor), lincah, tidak mempunyai
cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu seperti
ompalitis, ngorok ataupun pullorum yang dapat dilihat dari adanya kotoran
berwarna putih yang melekat pada dubur.
d.
Pakan
Pakan yang baik adalah yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam (protein, lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino).
Pakan yang baik adalah yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam (protein, lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino).
Hal
ini dapat dilihat dari standar kebutuhan zat-zat makanan pada masing-masing
eriode pemeliharaan yang dapat dipenuhi oleh pakan tersebut. Yang juga tidak
kalah penting tapi sering terlupakan adalah pakan tersebut harus tidak
menyebabkan diare, sebab diare dapat menyebabkan litter menjadi basah sehingga
konsentrasi amoniak di dalam kandang meningkat. Pada akhirnya dapat menimbulkan
penyakit dan problem berat badan.
e.
Obat-obatan
Meliputi antibiotika, vaksin dan vitamin yang dibutuhkan untuk membantu mempertahankan kesehatan ayam, ataupun mengobati ayam bila terserang penyakit. Pemilihan dan pemakaian obat-obatan yang digunakan harus tepat sesuai dengan kasus yang dihadapi. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit tidak boleh salah untuk keefektifan terapi pengobatan yang dijalankan. Yang wajib untuk dipahami peternak, adalah obat-obatan ini hanya sebagai pendukung, bukan faktor utama yang menyebabkan ayam menjadi sehat. Sebab, faktor utama untuk menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang benar. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan bermanfaat banyak bila sanitasi dan manajemen pemeliharannya buruk. Malah dapat menimbulkan kerugian, karena problem penyakit akan sering muncul dan sulit untuk diatasi, yang pada akhirnya biaya produksi menjadi tinggi.
Meliputi antibiotika, vaksin dan vitamin yang dibutuhkan untuk membantu mempertahankan kesehatan ayam, ataupun mengobati ayam bila terserang penyakit. Pemilihan dan pemakaian obat-obatan yang digunakan harus tepat sesuai dengan kasus yang dihadapi. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit tidak boleh salah untuk keefektifan terapi pengobatan yang dijalankan. Yang wajib untuk dipahami peternak, adalah obat-obatan ini hanya sebagai pendukung, bukan faktor utama yang menyebabkan ayam menjadi sehat. Sebab, faktor utama untuk menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang benar. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan bermanfaat banyak bila sanitasi dan manajemen pemeliharannya buruk. Malah dapat menimbulkan kerugian, karena problem penyakit akan sering muncul dan sulit untuk diatasi, yang pada akhirnya biaya produksi menjadi tinggi.
f.
Manajemen pemeliharaan
Faktor-faktor
di atas dapat berfungsi dengan baik bila manajemen atau tatalaksana
pemeliharaan yang dijalankan benar. Manajemen yang baik akan meningkatkan
efisiensi faktor-faktor produksi, sehingga memperkecil beban pengeluaran, yang
pada akhirnya dapat memperbesar keuntungan yang diperoleh.
g.
Pemasaran
Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia kerja yang baik apabila penanganan pemasaran broilernya dilakukan kurang rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak. Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual di sini tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan lamanya proses pengangkatan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan. Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stres pada ayam sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban peternak.
Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia kerja yang baik apabila penanganan pemasaran broilernya dilakukan kurang rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak. Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual di sini tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan lamanya proses pengangkatan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan. Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stres pada ayam sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban peternak.
B.
Tujuan
Suatu usaha Proyek
seperti peternakan harus mempunyai tujuan, yang berguna sebagai evaluasi
kegiatan yang dilakukan selama beternak salah atau benar Contoh tujuan
peternakan yaitu tujuan komersial sebagai cara memperoleh keuntungan.
Bila tujuan ini yang ditetapkan maka segala prinsip ekonomi perusahaan, ekonomi
mikro dan makro, konsep akuntansi dan manajemen harus diterapkan. Namun apabila
peternakan dibuka untuk tujuan pemanfaatan sumber
daya, misalnya tanah
atau untuk mengisi waktu luang tujuan utama memang bukan merupakan aspek
komersial, namun harus tetap mengharapkan modal
yang ditanamkan dapat kembali.
C.
Teori
a.
Pengertian
Peternakan adalah kegiatan
mengembangbiakkan
dan membudidayakan
hewan ternak
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut
Pengertian peternakan tidak terbatas
pada pemeliharaan saja, memelihara dan
peternakan perbedaannya terletak
pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan
peternakan adalah mencari
keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip
manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal
b. Jenis Limbah Usaha Peternakan
Limbah
ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan
sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti
feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin
berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Total
limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha,
tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine
merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure
dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba.
Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg
limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses
(Sihombing, 2000).
Menurut
Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas,
maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan
atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat).
Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
Pencemaran
karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan sekitar. Gas
metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas
metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan
global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat.
Apppalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan
lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi
jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan (Suryahadi
dkk., 2002).
c. Dampak Limbah Peternakan
Limbah
ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong
kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai
pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat
badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x
10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering
mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang
biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling
baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air
manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat.
Kehadiran
limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan
menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling
hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari
6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir
untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3)
Salah
satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah
meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek
polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi
penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi,
penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang
terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air
(Farida, 1978).
Hasil
penelitian dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta yang
dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang disebabkan
oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria
kualitas air. Selain itu adanya Salmonella spp. yang membahayakan
kesehatan manusia.
Tinja
dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit,
misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau
tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum
dimasak yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor
tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di
Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002).
d. Penanganan Limbah Peternakan
Limbah
peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut
dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih
mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah
ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang
lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan
(Sihombing, 2002).
e. Pemanfaatan Untuk Pakan dan
Media Cacing Tanah
Sebagai
pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN,
vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat
makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau
senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu
pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih
lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan
termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob.
Penggunaan
feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti menghasilkan
biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik
lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah organik pasar
50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).
f. Pemanfaatan Sebagai Pupuk
Organik
Pemanfaatan
limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat
dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik.
Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara
pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki
struktur tanah tersebut.
Kandungan
Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman,
tersaji dalam tabel berikut.
Kadar N, P dan K dalam Pupuk
Kandang dari Beberapa Jenis Ternak
Jenis Pupuk
Kandang
|
Kandungan (%)
|
||
N
|
P2O5
|
K2O
|
|
Kotoran Sapi
Kotoran Kuda
Kotoran Kambing
Kotoran Ayam
Kotoran Itik
|
0.6
0.4
0.5
1.6
1.0
|
0.3
0.3
0.3
0.5
1.4
|
0.1
0.3
0.2
0.2
0.6
|
Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan
organik lain untuk mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan
kualitas kompos tersebut .
BAB III
PENUTUP
A.
Hasil
Manfaat
yang dapat diambil dari usaha beternak kambing selain diambil hasil dagingnya,
kambing dapat diambil hasil kulitnya, kotorannya dapat dimaanfaatkan untuk
pupuk dan hasil tulangnya juga dimanfaatkan. Bahkan jenis-jenis kambing
tertentu dapat dimbil hasil susunya, hasil bulunya untuk bahan kain
Beternak
kelinci juga banyak memiliki manfaat, diantaranya yaitu daging yang dapat
diambil untuk menambah gizi keluarga, penambah penghasilan keluarga, kulit
kelinci dapat dijual untuk bahan industri, kotoran serta air kencingnya dapat
kita jual untuk dijadikan pupuk tanaman serta untuk bahan bakar biogas.
B.
Kesimpulan
Limbah
usaha peternakan berpeluang mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Namun
memperhatikan komposisinya, kotoran ternak masih dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pakan, media pertumbuhan cacing, pupuk organik, gas bio, dan briket
energi.
Pemanfaatan
limbah ternak akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan baik pencemaran
air, tanah, maupun udara. Pemanfaatan tersebut juga menghasilkan nilai tambah
yang bernilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Farida
E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai
Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida
savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.
IPB, Bogor.
Sofyadi
Cahyan, 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. Badan
Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Sihombing D T H.
2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor
Soehadji,
1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah
Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Widodo,
Asari, dan Unadi, 2005. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk
Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Publikasi Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian Serpong.
Soeharsono,
2002. Anthrax Sporadik, Tak Perlu Panik. Dalam kompas, 12 September 2002, http://www.kompas.com/kompascetak/0209/12/iptek/ anth29.htm
Terimakasih telah datang ke blog kami klik juga disini
1 comments
Saya tidak bisa cukup berterima kasih kepada layanan pendanaan lemeridian dan membuat orang tahu betapa bersyukurnya saya atas semua bantuan yang telah Anda dan staf tim Anda berikan dan saya berharap untuk merekomendasikan teman dan keluarga jika mereka membutuhkan saran atau bantuan keuangan @ 1,9% Tarif untuk Pinjaman Bisnis. Hubungi Via:. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. Terus bekerja dengan baik.
Terima kasih, Busarakham.
Posting Komentar